Terima kasih banyak saya ucapakan kepada saudara Muhammad Riza Mappangara
karena sudah mengorbitkan dimedia sosial leluhur kami sebagai salah seorang
murid dari Syekh Al-Haj Abdul Razak Al-Bugis Al-Buni Syams Al-Arifin. Abdul
Wahab Dg. Mattuppu (Parengki), demikian anda menyebutnya dan itu tidak salah lagi,
karena menurut riwayat beliau memang
pernah belajar secara lahiria pada I Puang MatoaE Ri Leppakomai tersebut. Namun
karena beliau juga pernah tinggal menetap belajar dan mengajar ilmu ma’rifat di
tanah suci Mekah, sehingga oleh orang-orang Arab dikasi gelar Syamsul Arifin.
Jadi kami generasinya sering menyebut dengan nama lengkap Syekh Al-Haj Abdul
Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu dengan gelar anumerta I Puang Ri KobbangngE Ri
Parengki. Untuk lebih mudah dalam melafalkannya dalam berdialog kami sering
menyebut I Puang Ri KobbangngE, atau Puang Lompo dan kadang generasi ketiganya
(cicitnya) menyebut dengan sebutan Puang Boe’.
William Shakespeare seorang pujangga asal Inggris pernah mengatakan what’s in a name (apalah arti sebuah
nama), oleh kerana itu terlepas dari gelar di atas yang terpenting kita harus
ketahui tentang apa dan siapa beliau serta seberapa besar kontribusinya dalam
menyebarkan thariqat khalwatiyah samman di Sulawesi Selatan. Jadi untuk menambah perbendaharaan pengetahuan
jamaah tentang silsilah thariqat khalwatiyah samman di Sulawesi Selatan. Maka
saya mencoba menguraikannya khusus jalur Parengki yang diawali dengan hadirnya
Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu dalam pentas sejarah thariqat
khalwatiyah samman di Butta Salewangeng
Kabupaten Maros dalam bingkai khusus dan Sulawesi Selatan pada skop yang lebih
luas.
Parengki adalah sebuah kampung yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota
Maros ke arah timur melalui poros Bantimurung, lewat rumah makan Pakalli belok
kiri masuk sekitar 5 km, atau bisa juga lewat bendungan Bontosunggu disamping
perusahaan teh gelas sekitar 2 km ke dalam. Pada zaman kolonial Belanda Kampung
Parengki masuk dalam wilayah distric
Turikale, dan sekarang adalah sebuah dusun pada Desa Mattoanging masuk dalam
wilayah Kecamatan Bantimurung. Sebahagian besar penduduknya atau lebih dari 80
% adalah merupakan keturunan langsung dari Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin
Puang Tuppu, yang keturunnannya sudah sampai pada generasi ketujuh. Mereka
hidup dengan bertumpu pada hasil pertanian, bercocok tanam, usaha-usaha kecil
dan menengah, serta tidak sedikit bekerja pada instansi pemerintah sebagai
pegawai negeri sipil.
Penganut thariqat khalwatiyah samman (siana’
mangngaji) sampai era akhir tahun 80an masih sering kita dengarkan
mendendang-dendangkan lagu dengan syair yang bertemakan kalau
Leppakomai-Parengki-Patte’ne itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang
lain. Masih segar diingatan penulis kalau di Kampung Parengki akan diadakan
peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW (Maudu’
lompo), dilaksanakan tepat tanggal 12 Rabbiul Awwal setiap tahunnya, acara biasanya
dimulai kalau perwakilan jamaah dari Leppakomai dan Patte’ne sudah hadir.
Diwaktu hidupnya yang sering datang mewakili jamaah Leppakomai beserta
rombongannya adalah H.A. Abdullah Puang Ngatta (Pakka Salo Maru’), beliau
adalah putra dari Syekh Abd. Samad Petta Rukka Bin Abd. Quddus La Mappesona
Petta Nambung Bin Syekh Muhammad Fudail (Pengngulutta’
Ri Berru). Menetap di Pakka Salo
Maru’ karena kawin dengan putri Syekh Abd. Rauf Puang Lallo Bin Syekh. Muh.
Amin Puang Naba Bin Syekh Abdullah Puang Ngatta. Dari Patte’ne H. Musa kadang
datang menghadiri acara tersebut sekaligus melaporkan kepada Imam Parengki dan
mengundang jamaah, kalau tanggal 20 Rabbiul Awwal akan diadakan juga acara yang
sama di Patte’ne.
Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu adalah putra bangsawan Bone
dari Pasangan La Massuadam Petta Kulle (Arung Alinge) dan Besse Madinah Petta
Tanang (Arung Kawerrang). Terlahir dengan nama kecil Ambo Enre, namun tidak ada
data yang saya dapatkan tentang tahun kalahirannya. Menyabung ayam adalah
kebiasaan Abdul Wahab sejak remaja sampai sudah memiliki istri dan anak.
Maklumlah karena merasa martabatnya tinggi, sehingga tidak ada yang bisa
melarangnya maka sebahagian kecil putra bangsawan Sulawesi Selatan dikala itu memiliki
kegemaran yang sangat kontradiksi dengan kehidupan beragama dan bermasyarakat.
Dan itu pulalah yang dilakoni oleh seorang Abdul Wahab.
Suatu waktu Abdul Wahab dengan ayam kesayangannya berangkat ke sebuah
kampung yang bernama Bonto Pa’dinging. Setelah tiba dan hari sudah menjelang
malam, maka Abdul Wahab memutuskan untuk bermalam dirumah kakak kandungnya
bernama Abd. Samade Lappesawa Petta Sese yang memang sudah lama menetap di
kampung tersebut. Setelah lewat waktu sholat isya Abdul Wahab mendengar
sayup-sayup suara zikir dan wirid dari kejauhan tapi masih sangat jelas
terngiang ditelinga. Maka bergetarlah sendi-sendinya, angin cinta Ilahia
berembus ke relung hatinya yang terdalam menyingkap kabut yang sekian lama
menyelimutinya. cahaya Islami secara utuh sudah mulai masuk merasuk dalam
kalbunya, maka penasaranlah ia, karena suara zikir dan wirid tesebut Abdul
Wahab merasa pernah menerimanya di alam gaib, entah berapa tahun sebelumnya,
Abdul Wahab mencoba bertanya kepada kakaknya kalau ia juga mendengar suara itu.
Maka dijelaskanlah oleh Kakaknya Kalau Syekh Abdul Razak Haji Palopo akan
membaiat murid-muridnya yang baru untuk menjadi pengikut sebuah ajaran yang
disebut thariqat. Dengan hati yang berbunga-bunga bercampur haru, Abdul Wahab
kembali bertanya thariqat apa namanya? bukanji berthariqat untuk memperoleh
kakayaan, karena kalau kekayaan untuk apa hartaku sudah cukup lumayan. Dijawab
oleh kakaknya bukan! Thariqat yang
dianut itu adalah jalan untuk mengenal Sang Pencipta secara utuh,. Maka serta
merta Abdul Wahab berseru kalau itu, saya juga mau. Kakaknya kembali menjawab
kalau engkau itu tidak cocok karena larangannya kau kerjakan (berjudi/
menyabung ayam).
Karena secara batiniah Abdul Wahab merasa pernah menerima zikir dan wirid
tersebut, dengan tekadnya yang membara ia mencoba meninggalkan rumah kakaknya
dan menapaki tangga rumah tempat Syekh Abdul Razak Haji Palopo akan Mappattarima Barakka’. Semula Abdul
Wahab duduk agak dibawa dengan tujuan hanya untuk menganalisa dan mencermati
saja dulu. Tapi karena sudah dikenal memang sebelumnya oleh Syekh Abdul Razak,
maka di panggilnya untuk bergeser ke atas. Diase’ki
mai puang , maka bergeserlah Abdul wahab sampai bersila kedua lututnya
bersentuhan dengan kedua lutut Syekh Abdul Razak, diutarakanlah niatnya yang
suci. Dan pada saat itu pula dibaiatlah dia, diambil tangannya oleh Syekh Abdul
Razak dan dibacakan ayat Pattanroe (Ayat
yang dipakai untuk mambaiat). Terjadilah sebuah keanehan yang sebelumnya sudah
dirasakan oleh Abdul Wahab, setelah sampai pada lafal WAMURABBIYING WADALILA’, dengan serta merta ditariknya tangannya
dan mengatakan pada Syekh Abdul Razak “iyatu
tabacae maitta wegga’ni engkanna ri laleng aroku” sambil menunjuk dadanya,
artinya yang tuan baca itu sudah lama bersemayam di dalam dadaku.
Mulailah antara Abdul Wahab dan Syekh Abdul Razak Haji Palopo bertukar
cerita tentang mimpi-mimpi sebelumnya
yang dialami berdua. Kemudian Syekh Abdul Razak
Haji Palopo mencocokkan dengan pesan gurunya Syekh Muhammad Fudail Di
Barru diakhir masa belajar Syekh Abdul Razak disana. Kerena sedikit terbesit
rahasia dalam cerita ini, maka tidak usah saya utarakan secara panjang lebar,
nanti pembaca bisa mensalah tafsirkan.
Singkat cerita orang-orang yang tadinya akan dibaiat oleh Syekh Abdul
Razak Haji Palopo ditempat itu, dialihkan sendiri oleh Syekh abdul Razak Kepada
Syekh Abdul Wahab pada saat itu juga. Menyimak cerita ini tidak ada yang tidak
mungkin kalau Tuhan menghendaki, orang yang tadinya hina karena
perbuatan-perbuatannya dimasa lalu, akhirnya bisa jadi mulia karena takdir dan
kehendakNya. Bahkan menurut riwayat dari kakek-kakek kami kalau Syekh Al-Haj Abdullah Puang Ngatta diizin sebagai khalifah sekaligus mendirikan
cabang di Patte’ne oleh Syekh Al-Haj Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu
melalui perintah Syekh Al-Haj Abdul Razak sendiri. Jadi bukan dia yang mengizin
langsung anaknya, tapi melalui Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu
(Perengki). Jadi kesimpulannya izin Leppakomai ke Parengki dan Izin Parengki Ke
Patte’ne. begitulah jalur yang sebenarnya yang tidak banyak jamaah yang
mengetahuinya.
Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu menikah dengan Besse Betang
Daengta Memang (Marusu’) dan dikarunai 5 putra dan 1 putri yaitu:
1.
Syekh Al-Haj Mahmud Puang Giling
2.
Syekh Al-Haj Abdul Kadir Puang Tawang
3.
Syekh Al-Haj Abdul Razak Puang Tara ( buyut
penulis)
4.
Pakaruddin Puang Sara
5.
Adam
Puang Kulle
6.
I Jawariyah Puang Ngunga
Setelah istri
pertamanya meninggal dunia Syekh Abdul Wahab menikah lagi dengan Besse Kenari
Puang Kanang (Camba) yang mendampinginya sampai akhir hayat beliau dan
memberinya 2 anak yaitu:
1.
Sitti Maemunah Puang Bau
2.
Baso Mappajanci Puang Lajju
Syekh Abdul Wahab menata langsung jamaahnya, zikir dan wirid dilakukannya
secara konsisten, dibantu oleh 3 anaknya yang sudah diamanahkan wewenang untuk
menjadi calon pelanjut dikemudian hari. Dua adik seperguruannya La Palaguna Dg.
Marowa “Karaeng Mangento” (Kareang
Turikale) dan Patahuddin Dg. Parumpa yang kelak menjadi Karaeng Simbang sering
datang berkunjung ke Parengki guna menanyakan bebarapa hal kepada Syekh Abdul
Wahab yang berkaitan dengan thariqat yang mereka anut.
Konon pada suatu waktu terjadi
kemarau panjang di Kabupaten Maros yang mengakibatkan paceklik yang begitu
hebat dirasakan oleh masyarakat, tak terkecuali masyarakat yang berada dibawah
pemerintahan Karaeng Turikale. Bingung melihat rakyatnya menderita, utamanya karena
kekurangan bahan pangan maka La Palaguna Dg. Marowa “Karaeng Mangento” bergegas menuju Kampung Parengki meminta
kesediaan Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu untuk sudi berdo’a
meminta kepada Sang Pemilik hujan, agar supaya hujan dapat turun ke bumi. Dengan
sebatang tongkatnya yang dibawakan oleh cucunya yang masih kanak-kanak La Beddu
(kelak bernama Syekh Abdul Rahman Puang Tuppu) Syekh Abdul Wahab memulai
doa’nya dengan penuh khusyu’ dan takzim kedua tangannya sambil memegang tongkat
ditengadahkan ke langit. Belum selesai beliau berdo’a, hujanpun turun begitu
derasnya, sampai-sampai air begitu cepat mengalir dibawah kolom rumah, karena
dikiranya akan terjadi banjir Syekh Abdul Wahab yang sudah sangat tua cepat-cepat
dipapah oleh jamaah naik ke rumah.
Di usianya yang begitu senja akhirnya Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin
Puang Tuppu berpulang kerahmatullah pada hari rabu jam 7 pagi tarikh 6 Muharram
1341 H, bertepatan dengan tanggal 20 September 1922 M. pada hari itu ratusan
jamaah dari Leppakomai Dan Pette’ne tumpah ruah di Parengki, ditambah
pembesar-pembesar dari Turikale, Simbang, Cenrana, Camba, Mallawa dan
daerah-daerah lain dari segala penjuru juga datang untuk memberikan
penghormatan terakhir kepada Syekh Abdul Wahab. Dan menurut riwayat kalau nisan
yang melekat pada makam Syekh Abdul Wahab itu adalah sumbangan dari La Palaguna
Dg. Marowa yang pada saat itu masih menjabat sebagai Kareng Turikale. Dan
sebagai generasi pelanjut yaitu 3 anaknya yang sudah dipersiapakan sejak awal
yaitu Syekh Al-Haj Mahmud Puang Giling, Syekh Al-Haj Abdul Kadir Puang Tawang
dan Syekh Al-Haj Abdul Razak Puang Tara.
1. SYEKH AL-HAJ MAHMUD PUANG GILING
Syekh Al-Haj Mahmud
Puang Giling dengan gelar anumerta I Puang Ri Aseggerenna, diberikan gelar seperti itu karena memiliki tempramen
yang sangat keras. Dalam satu riwayat diterangkan pada masa mudanya pernah
dalam waktu yang bersamaan dua orang datang ke rumahnya memanggilnya dengan
segera yang satu memanggil beliau pada sebuah acara makan dan yang lain memanggilnya
dalam sebuah pertarungan dengan memakai badik, karena biliau memang dikenal
kebal dengan senjata tajam, maka dengan senang hati Mahmud memilih yang kedua
dengan mengabaikan acara makan yang enak. Dan masih banyak lagi riwayat lain
termasuk waktu Mahmud datang ke Tanah Mandar, juga menyisahkan banyak cerita heroik.
Menikah pertama kali Ke
Leppakomai dan punya satu anak yang kelak bernama Syekh Hannani Puang Sikki (wafat,
1953) ini yang penulis tidak tahu pasti siapa sebenarnya ibu dari Syekh
Hannani, disamping beliau sudah lama meninggal dunia, juga karena dia tidak
memiliki keturunan walaupun pernah menikah di Leppakomai juga, namun ada juga
sumber yang mengatakan kalau ibu Syekh Hannani Puang Sikki adalah Puang Sibo
Putri dari Syekh Abdullah Puang Ngatta. Salah satu indikasi yang membenarkan
hal tersebut yaitu pada saat penulis berziarah dimakam Syekh Abdul Razak di
Leppakomai Akhir Desember 2012 yang lalu saya sekaligus berziarah dimakam Syekh
Hannani yang juga berada dikompleks pemakaman tersebut. Kerena biasanya tidak
lazim suatu kompleks pemakaman keluarga dikuburkan orang lain kalau bukan
kerabat dekatnya.
Syekh Mahmud Puang
Giling kemudian ke daerah Mandar tinggal disana beberapa saat dan juga menikahi
putri seorang pembesar di sana, dan menurut informasi beliau punya seorang
putra yang bernama Puang Mansur, pada saat penulis menyusun silsilah keturunan
Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu pada tahun 2010 yang lalu,
keluaraga yang ada di Mandar keturunan Syekh Mahmud belum sempat kami lacak,
olehkarena itu melalui jejaring sosial ini mudah-mudahan kami dapat menemukan
keluarga yang ada di sana.
Setelah lama menetap di
Daerah Mandar akhirnya Syekh Mahmud Puang Giling kembali ke kampung halamannya
Di Parengki Maros dan menikah lagi dan memiliki seorang putra yang bernama
Syekh Muh. Tahir Puang Pata’ (I Puang Ri Simbang, wafat, 1955).
Syekh Al-Haj Mahmud Puang
Giling wafat tepat pada hari asyura tanggal 10 Muharram 1352 H, bertepatan
dengan jam 9 pagi hari kamis tanggal 28 April 1933 M. Jenazahnya dimakamkan
didekat pusara ayahandanya.
2.
SYEKH
Al-HAJ ABDUL KADIR PUANG TAWANG
Kontradiksi dengan
kakaknya Syekh Mahmud yang memiliki watak yang keras, Syekh Abdul Kadir memiliki sifat yang lembut,
sholeh, penyabar dan santun dalam bertutur, ala cerita kehidupan sufi di masa
lalu. Banyak riwayat yang mengisahkan tentang kesabarannya, salah satunya
diceritakan kalau beliau berjalan sangat hati-hati mengangkat kakinya, takut
kalau ada batu dijalanan bergeser tempat karena ulahnya, suatu waktu karena
tidak disengaja, betul ada batu yang berpindah tempat kerena terhantam oleh
kakinya, maka dengan penuh rasa kerendahan hati dikembalikannya batu
ditempatnya semula, lalu dibelai-belainya batu tersebut sambil mengucapkan
permohonan maaf kepada benda yang oleh sebahagian orang menganggapnya sebagai
benda mati tersebut.
Syekh Abdul Kadir Puang
Tawang dengan gelar anumerta I Puang Ri Paimangenna merupakan Imam II Kampung
Parengki setelah ayahnya Syekh Abdul Wahab sebagai Imam I. Syekh Abdul Kadir menikah pertama
dengan Marhumah Puang Ti’no dan melahirkan 2 putra yaitu:
1.
Syekh Alimuddin Puang Nuntung (I Puang Ri Bontosunggu,
Eks Imam Cenrana, wafat 1992).
2.
Syekh Hasan Puang Solong (I Puang Ri Samangki,
wafat 1986).
Syekh Abdul Kadir
menikah lagi dengan Sitti Hawang Petta Sabbe binti Abdul Quddus La Mappesona
Petta Nambung bin Syekh Muhammad Fudail (Pangngulutta’
Ri Berru) dan melahirkan 4 anak yaitu:
1.
Sitti Munawarah Puang Carammeng (almh. Ri Mario)
2.
Syekh Abdul Wahid Puang Nessa (I Puang Ri
Bantimurung, wafat 1987).
3.
Sitti Saddiah Puang Singara (almh. Ri
Majennang).
4.
Sitti Maryama Puang Bollo (almh. Ri Parengki).
Syekh Abdul Kadir Puang Tawang wafat pada hari kamis tarikh 29 Ramadhan
1351 H, bertepatan dengan tanggal 19 Januari 1933 M. terjadi sebuah keajaiban
waktu beliau hendak menghadap sang pencipta, karena begitu dia meyakini betul
kalau hari itu adalah hari terakhirnya maka diumumkanlah kalau jam 4 sore ba’da
azar beliau akan meninggal dunia. Lepas sholat dhuhur yang dia pimpin sendiri,
digerakkanlah jamaah untuk menggali liang lahat untuknya, sebagian jamaah
mempersiapkan kain kafan dan perlengkapan lain. Setelah liangnya agak dalam Syekh
Abdul Kadir menghimbau kepada jamaah untuk membersihkan diri karena waktu
sholat azar segera tiba, dan tepat jam 4
setelah mengimami sholat untuk yang terakhir kalinya ruhnya yang suci lepas
menghadap Sang Kholiq dan dikubur sebelum magrib. SUBHANALLAH.
3.
SYEKH
AL-HAJ ABDUL RAZAK PUANG TARA
Sama halnya dengan ayah dan kedua kakaknya, tidak ada data yang saya
dapat tentang tahun kelahiran beliau, yang jelas beliau lahir dengan nama La Huddin,
diantara semua keluarga besar Parengki Syekh Abdul Razak adalah yang paling
lama pernah menetap di Tanah Suci Mekkah, untuk belajar mendalami Al-Qur’an dan
juga mengajarkannya di sana, beliau memboyong seorang istri dan beberapa
anaknya, bahkan seorang anaknya lahir dan juga meninggal di sana. Di Mekah
pulalah namanya berubah dari La Huddin menjadi Abdul Razak. Pada saat beliau
berada di Tanah Suci Mekah, ada beberapa kitab yang diatulis sendiri berbahasa
Arab dengan terjemahannya memakai aksara bugis lontara, kitab tersebut dipegang
oleh salah seorang cucunya yang menetap di Parengki.
Syekh Abdul Razak Puang Tara, oleh kebanyakan orang dikenal dengan gelar
I Puang Ri Mattoanging, karena menetap didaerah Mattoanging Parengki, beliau
sendiri yang memberikan nama daerah tersebut.
Sejak kepulangannya dari menuntut ilmu di Tana Suci Mekah, Syekh Abdul
Razak Puang Tara begitu giat dalam
menyebarkan thariqat khalwatiyah samman dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan,
seperti Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten
Bone, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo serta Kabupaten Maros sendiri sebagai
basis utamanya. Dengan perjalanannya yang jauh tersebut sehingga beliau banyak
memiliki istri, tecatat 18 anak dari 5 istri yang memberinya keturunan. Menikah
pertama dengan Rukiyah Puang Kanang di Parengki dan memperoleh 4 orang anak
yaitu:
1.
Hj. Mu’minah Puang Nurung (almh. Jala, Parengki)
2.
Baso Puang Tanang (almh. Parengki)
3.
Candu Puang Memang (almh. Parengki)
4.
Ibrahim Puang Salle (alm. Bulukumba)
Dengan dilandasi rasa cinta serta harapan
agar thariqat yang diajarkannya cepat diterima oleh masyarakat luas, maka
beliau mengadakan hubungan kekerabatan dengan Datua Ri Pammana Wajo dengan menikahi
putrinya yang bernama Hj. Sengngeng Puang Te’ne
yang memberinya keturunan:
1.
Syekh Abdul Rahman Puang Tuppu (I Puang Ri
Parengki, Imam III Kampung Parengki, wafat 1973).
2.
Syekh Muh. Samman Puang Ngatta (I Puang Ri
Bantaeng, wafat 1999)
3.
Hj. Sitti Saenab Puang Sua (almh. Bulu’ Sipong)
4.
Hj. Nafisah Puang Siang (almh. Mattoanging)
5.
Syekh Usman Puang Rewa (I Puang Ri Tembo’
Parengki), sampai penulisan silsilah ini beliau masih hidup diusia kurang lebih
98 tahun.
6.
Maryama Puang Jeppong (almh. Parengki).
Syekh Abdul Razak Puang Tara juga menikahi putri Datu Pammana yang
lainnya, adik kandung Hj. Sengngeng Puang Te’ne yang bernama Macinnong Puang
Ti’no dan melahirkan 2 orang putra yaitu:
1.
Syekh Ahmad Rifai Puang Nippi (I Puang Ri Bengo,
Cenrana, Wafat 1980)
2.
Syekh Umar Puang Temmu (I Puang Ri Tana Tengnga,
Camba, wafat 2002, kakek dari penulis Iskandar Puang Giling).
Syekh Abdul Razak juga tercatat 2 kali menikah di Bikeru Sinjai Selatan,
yaitu menikahi Sitti Saleha (almh. Bikeru) dan memperoleh seorang putri yang
bernama Hj. Petta Icah, oleh yang kuasa diberinya umur cukup panjang, karena
sampai penulisan silsilah ini masih hidup diusia kurang lebih 104 tahun dan
menetap di Makassar. Ketika beberapa orang cicit Syekh Abdul Razak sudah ada
yang mencapai umur sekitar 10 tahun (cucu-cucu dari anak pertama beliau Hj.
Mu’minah Puang Nurung) dan istri-istrinya yang lain sudah meninggal dunia
kecuali Puang Ti’no Syekh Abdul Razak menikah lagi untuk yang terakhir kalinya
di Bikeru dengan Petta Baso dan memperoleh 5 anak yaitu:
1.
Syekh Muh. Arsyad Puang Ngeppe (I Puang Ri
Jenetaesa, wafat 1983)
2.
Miraje Puang Lino (Masih hidup diusia 77 tahun)
3.
Abdul Hadi Puang Rukka (sejak tahun 1962,
menghilang entah ke mana)
4.
Hj. Halijah Puang Bau (Masih hidup, 73 tahun
menetap di Makassar)
5.
Sitti Aminah Puang Intang (almh, di Bengo
Cenrana)
Syekh Abdul Razak Puang
Tara wafat jam 8 malam sabtu tanggal 20 Sya’ban 1367 H, bertepatan dengan
tanggal 26 Juni 1948 M. dan dimakamkan didekat makam ayahanda dan kedua
kakaknya yang telah lebih dulu mendahuluinya. Menjelang tanggal 20 Sya’ban Andi Baso (Arung Cenrana)
sudah terlebih dahulu menyiapkan seekor kerbau besar yang dibawa dari Cenrana
ke Mattoanging Parengki sebagai persiapan untuk disajikan kepada para palayak
yang datang dari berbagai daerah. Jauh sebelumnya Syekh Abdul Razak sudah
memberitahukan kepada beberapa orang tertentu termasuk Arung Cenrana kalau
tanggal 20 Sya’ban tahun itu beliau akan mallinrung
(meninggal dunia). Pada waktu beliau
meninggal tercatat kalau sudah banyak cucunya yang sudah bercucu juga atau
dengan kata lain dia dapatkan generasi keempatnya, dan sampai sekarang generasinya
sudah sampai pada generasi keenam.
BERIKUT
SILSILAH PENERUS THARIQAT KHALWATIYAH SAMMAN JALUR PARENGKI YANG RESMI
MENDAPATKAN
IZIN
SEBAGAI KHALIFAH
Generasi I (anak) Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin
Puang Tuppu (w. 1922)
1.
Syekh Mahmud Puang Giling (w. 1933)
2.
Syekh Abdul Kadir Puang Tawang (w. 1933)
3.
Syekh Abdul Razak Puang Tara (w. 1948)
Generasi II (cucu) Syekh Abdul Wahab
Syamsul Arifin Puang Tuppu
1.
Syekh Hannani Puang Sikki (w.1953, putra Syekh
Mahmud)
2.
Syekh Muh.Tahir Puang Pata’ (w.1955, putra Syekh
Mahmud)
3.
Syekh Alimuddin Puang Nuntung (w.1992, putra
Syekh Abdul Kadir)
4.
Syekh Hasan Puang Solong (w.1986, putra Syekh
Abdul Kadir)
5.
Syekh Abdul Wahid Puang Nessa (w.1987, putra
Syekh Abdul Kadir)
6.
Syekh Abdul Rahman Puang Tuppu (w.1973, putra
Syekh Abdul Razak)
7.
Syekh Muh. Samman Puang Ngatta (w. 1999, putra
Syekh Abdul Razak)
8.
Syekh Usman Puang Rewa (masih hidup, putra Syekh
Abdul Razak)
9.
Syekh Ahmad Rifai Puang Nippi (w.1980, putra
Syekh Abdul Razak)
10.
Syekh Umar Puang Temmu (w.2002, putra Syekh
Abdul Razak)
11.
Syekh Muh. Arsyad Puang Ngeppe (w. 1983, putra
Syekh Abdul Razak)
Semua
generasi kedua sudah meninggal dunia kecuali Syekh Usman Puang Rewa, tapi tidak
sanggup lagi membaiat, jadi beliau serahkan kepada anak dan beberapa keponakannya
digenerasi ketiga.
Generasi III (cicit) Syekh Abdul Wahab
Syamsul Arifin Puang Tuppu,
yang sudah mendapat
izin baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, tersebar di empat
kecamatan di Kabupaten Maros yaitu Kec. Bantimurung, Kec. Simbang, Kec. Cenrana
dan Kec. Camba
1.
H.A. Ibrahim Puang Salle (w.2009, putra Syekh
Muh. Tahir)
2.
H.A. Tajuddin Puang Siga (w.1995, putra Syekh
Alimuddin)
3.
A. Abdul Wahab Puang Tuppu (w.2002, putra Syekh
Hasan)
4.
A. Muhammad Taif Puang Turu ( eks. Imam Desa, putra
Syekh Hasan)
5.
A. Sompe Puang Nambung (w.2001, putra Syekh
Abdul Wahid)
6.
A. Muril Puang Tunru (w.2006, putra Syekh Abdul
Wahid)
7.
A. Baso Arti Puang Lengu (putra Syekh Abdul
Wahid)
8.
H.A. Hasbullah Puang Lallo (Imam V Parengki,
putra Syekh Abdul Rahman)
9.
H.A. Mustafa Puang Tompo (w.2001, putra Syekh
Abdul Rahman)
10.
A. Ahmad Rifai Puang Ngatta (Imam Desa Sawaru
Kecamatan Camba, putra Syekh Abdul Rahman).
11.
H.A. Yahya Puang Taba (putra Syekh Muh. Samman)
12.
H.A. Hambali puang Kulle (putra Syekh Muh.
Samman)
13.
H.A. Lahuddin Puang Sese (eks. Kepala Desa
Mattoanging dan Minasa Baji Kecamatan Bantimurung, putra Syekh Usman).
14.
H.A. Abd.Latif Puang Remma (Imam VI Parengki
saat ini,putra Syekh Usman)
15.
H.A. Hasanuddin Puang Rakka (w.2004,cucu Syekh
Abdul Razak dari putrinya)
16.
H.A. Alimuddin Puang Siga (w.2011,cucu Syekh
Abdul Razak dari putrinya)
17.
H.A. Tajalling Puang Lajju (eks. Kepala Desa
Baji Pamai Kecamatan Camba, putra Syekh Ahmad Rifai).
18.
H.A. Majjajareng Puang Ngawe (Imam Desa
Limappoccoe Kecamatan Cenrana, putra Syekh Ahmad Rifai).
19.
A. Abdullah Puang Tappa (Imam dusun Campulili
Sawaru, putra Syekh Umar)
20.
H.A. Muh. Fudael Puang Lolo (putra Syekh Muh. Arsyad)
Dewasa ini beberapa orang dari generasi IV sudah ada juga yang
mendapatkan izin dari generasi III, namun saya belum menuliskannya, mengingat
generasi III masih aktif kecuali yang sudah meninggal dunia, walaupun ada
beberapa yang belum aktif tapi sudah passif. Sipakatau, sipakale’bbi, sipakario-rio, rifarioloi rioloe narifarimunri
rimunrie, rifariase’ki riase’e
narifariawa riawae, masih menjadi prinsip kami.
Kecuali generasi III, Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu,
generasi I dan generasi II, sudah banyak memberikan izin sebagai khalifah
diluar dari garis keturunan Parengki dibeberapa daerah, dengan harapan supaya
thariqat khalwatiyah samman tetap hidup dan lestari sepanjang masa. Suatu
cerita yang penulis dapatkan dari H.A. Hasbullah Puang Lallo ( usia 83 tahun, Imam
Parengki dikala itu), pernah suatu waktu, jamaah dari Camba datang berziarah di
Kobbang Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin, dan sekaligus mengunjungi Syekh Abdul
Razak Puang Tara yang pada saat itu masih hidup, Puang Lallo yang kala itu
masih kanak-kanak mendengar dengan jelas Syekh Abdul Razak menyampaikan kepada
jamaah dengan berbahasa bugis ‘engka
matu’ seddi wettu narifarelluang ladde’ iye tareka’e tapi de’na naulle messu’,
kalamanna elo’ taue nawaja’ ulaweng mappakkoe loppona, sambil mengangkat
cerek tempat air wudhunya. (artinya, suatu saat nanti karena orang sangat
membutuhkan sehingga thariqat ini begitu
dicari, tapi tidak ada lagi khalifah yang bisa membaiat, walaupun akan
dibayar dengan emas sebesar cerek yang beliau perlihatkan). SUBHANALLAH, kita masih bersyukur karena
masih ada khalifah yang bisa menunjukkan jalan, tapi bagaimana dengan generasi mendatang?
Semoga Allah SWT melindunginya, AMIN YA
RABBAL ALAMIN.
Demikianlah riwayat singkat silsilah thariqat khalwatiyah samman jalur
Parengki dari Syekh AL-Haj Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu yang saya
tulis, mudah-mudahan ada manfaatnya, kekurangan karena keterbatasan kemampuan
penulis menyadarinya, Karena foto Syekh Abdul Wahab dan 3 generasi pertamanya
tidak saya dapatkan maka penulis hanya tampilkan foto-foto dari generasi II dan
III.
Ditulis Oleh
Iskandar Puang Giling, Rabbiul Awwal 1436 H/ Desember 2014 M.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusTabe maraja, tanpa mengurangi rasa hormat saya, iyangku tabassung,,,Syeikh Abdul Wahab Puang Tuppu beserta wija-wijanna,,,Al Fatihah dihaturkan u.Ruh beliau,,,Al Fatihah,,,tabe maraja, sekedar share, tahun 2004 sy berziarah ke parengki ke rumah Syeikh Usman Puang Rewa, alhamdulillah sy dibacakan langsung oleh beliau silsilah tarekat jalur parengki sampai kepada beliau dan sy ingat persis dan akanmempertanggungjawabkan kelak di akhirat apabila yang saya ungkap tidak benar adanya. Saat itu beliau dalam pemaparannya tetap menempatkan I Puang ri Parengki setelah I Puang Ri Leppakkomai, dalam artian beliau meng-justifikasi bahwa I Puang ri Parengki menerima talqin zikir tarekat khalwatiyah samman dari I Puang Matowae ri Leppakkomai,,tabe maraja, kemudian penyematan "haji palopo" kepada I Puang MatowaE adalah hal yg keliru,,"Haji Palopo" adalah sosok tokoh agama yg hidup sejaman dengan Syeikh Abdur Razak,,ini terungkap dari kitab LA TOA, tulisan tangan Syeikh Abdur Razak, tertulis "namallinrung haji Palopo ri essona kammisi ri komponennya uleng,,,,ri hera,,," jadi dari sumber tersebut dpt dipastikan kalau haji palopo adalah sosok lain, bukan beliau,,,tabe maraja,,,
BalasHapusAlhamdulilah syukkuru, maraja, karena ada sumber yang saudara dapatkan yaitu kitab La Toa, berarti rasa penasaran saya tentang Haji Palopo sudah terjawab, kalau beliau itu sosok lain, bukan sebutan yang juga disamatkan kepada Syeikh Abdul Razak, dalam buku Prof. Dr. Abu Hamid yang berjudul Syekh Yusuf seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, pada halaman 220 juga menyebutkan kalau Syekh Abdul Razak itu juga dikenal dengan nama Haji Palopo, mungkin Prof. Abu ini salah informasi pada saat melakukan penelitian, sehingga saya rasa yang saudara Muhammad Riza dapatkan dalam kitab La Toa tadi itulah yang paling falid. Betul yang Syeikh Usman katakan bahwa I Puang MatoE Ri Leppakomai baru Ke Parengki, sebagaimana silsilah yang kami pegang semua, tapi ketika ditanya beliau kalau izin Patte'ne itu dari mana? maka serta merta beliau menjawab dari Parengki, itulah sehingga saya katakan izin Leppakomai ke Parengki dan izin Parengki ke Patte'ne. Walaupun dalam silsilah yang umum dan bahkan yang ditampilkan oleh Prof Abu Hamid dibuku yang saya kemukakan tadi tetap menempatkan Syeikh Abdullah setalah Syeikh Abdul Razak. Hal lain, dalam postinganta' yang lalu tertulis juga Abdul Gani Petta Nambung Arung Ta', sedangkan menurut data yang saya ketahui bahwa putra Syeikh Muhammad Fudail yang menjabat sebagai Arung Ta' itu adalah Abdul Quddus La Mappesona Petta Nambung (w. 1905, tidak ada data yang saya dapatkan kalau beliau itu pernah juga diizin sebagai khalifah), Syeikh Abdul Gani Tajul Arifin As-Sammaniyah itu putra Syeikh Muhammad Fudail yang lain, dimakamkan diluar Soloko Syekh Yusuf sehingga terkenal dengan gelar anumerta Pangngulutta' Ri Gowa. Syeikh Abdul Gani ini dalam silsilah kami dinomor urut 42 setelah ayahnya Syeikh Muhammad Fudail 41 dan kakeknya Syeikh Abdulahil Munir 40, Syeikh Abdul Razak Leppakomai itu 43 baru, 44 Syeikh Abdul Wahab Parengki. alhamdulilah terima kasih banyak saya ucapkan kepada saudara kerena melalui media sosial ini dapat menambah pengetahuan saya tentang thariqat Khalwatiyah Samman sul-sel.
HapusTabe maraja saudaraku Puang Giling,,,tabe sebelumnya saya ralat postingan saya di atas yang tertulis "komponennya", seharusnya tertulis "Omporenna".
BalasHapusSaya sangat mengapresiasi postinganta' tentang sanad tarekat khalwatiyah jalur parengki, ini menambah wawasan saya tentang sejarah tareka'na I Puang yang ke jalur Parengki. Apa yang saya posting sebelumnya mengenai I Puang MatowaE ri Leppakkomai sedapat mungkin saya susun dengan menggunakan data dengan se-akademik mungkin yakni bersumber pada fakta tertulis lewat Kitab ataupun Lontara' yang ada pada literatur kami dan beberapa siyana' mangajinna I Puang yang kebetulan meng-arsipkan tulisan mengenai sejarah tareka'na I Puang. Mohon maaf sebelumnya, kalau sumber ceritera tutur sepengetahuan saya dalam penulisan sejarah punya beberapa kelemahan dalam pembuktian kebenarannya, ini sangat berbeda kalau berdasarkan sumber tertulis dari para pelaku sejarah itu sendiri. Mungkin lewat diskusi ini kita bisa saling melengkapi dan berupaya bersikap se-obyektif mungkin meluruskan apa yang memang harus diluruskan. Dari postinganta' di atas saya mohon diberi pencerahan secara obyektif tanpa menempatkan diri kita sebagai wijanna si A atau Si B, : 1. Apakah dalam tarekat malebbi'na I Puang diajarkan menerima baiat secara lahiriah? 2. Apakah ada adab/keprotokoleran yang diajarkan dalam tarekat malebbi'na I Puang bahwa seorang Syeikh Mursyid memanggil/menyebut muridnya dengan "Puang" ?,,,skali lagi mohon saya dimaafkan dengan kedua pertanyaan tersebut,,,mohon pencerahanta' puang,,,semoga diskusi kita ini mendapat berkah dari I Puang dan moga kita bersama2 bisa menyerukan "peningkatan kualitas" siyana'mangajinna I Puang dan para pelanjutnya I Puang, sebab realitanya sekarang yang terjadi, baik di Pattene maupun Leppakkomai kebanyakan hanya mengejar "Tudangenna I Puang", bukan "Tettongenna". Kutipan sure'na atanna I Puang riyasengE Guru Lamedde, makke'dai I Puang " Aja' mupaggurui tawwe massikkiri' narekko de'mupalettu' memengi ",,,salam santun,,,
assalamualaikum wr.wb .
BalasHapussetelah sekian lama saya searching akhirnya saya tau tentang leluhur saya . terima kasih :)
salam kenal saya andi arif anak dari H.A. Alimuddin Puang Siga (w.2011,cucu Syekh Abdul Razak dari putrinya).
sekarang tinggal di jayapura , semoga ALLAH SWT meridhoi kita semua, ALLAHU AKBAR
Wa'alaikumsalam,,,@andi arif yth. Tabe maraja klu boleh tau siapa nama puteri beliau yg kt maksud ye'
Hapusmaksudnya ibu dari alm. ayah saya ? Hj. Nafisah Puang Siang (almh. Mattoanging).
Hapustahun lalu sempat pulang ke parengki, tapi bulan lancar bahasa bugisnya :D
Assalamu'Alaikum wr wb... subhanallah syukur Alhamdulillah berkat postingan tsb diatas di media sosial, sy yg tadinya tak banyak tau ttg leluhyr kami ahirnya bisa mengetahui beberapa hal, terimakasih atas postingan dan komentarnya, dan salam kenal
BalasHapusSaya adalah salah satu cucu dari syeikh usman puang rewa , yakni hasil penikahan antara putri sulungnya dgn Andi mahmud puang giling(wijanna ipuang di barru) salam salama na to pada salama Aamiin
amin. tahun lalu saya sempat bertemu dengan puang rewa, tapi tdk bisa bercakap-cakap krna kendala bahasa. cuma ummi lebbi yang translatekan :D
HapusKalau boleh tau bisakah dijelaskan silsilah dari arung sawaru desa sawaru camba terima kasih sebelumnya
BalasHapusKalau boleh tau bisakah dijelaskan silsilah dari arung sawaru desa sawaru camba terima kasih sebelumnya
BalasHapusTabe...saya sedang mencari silsilah kakekku...
BalasHapusKakekku bernama H. Sallomo beristri Hj.kholijah dari pulau Libukang,palopo konon kakekku di beri gelar Gurutta dari bone..
Mungkin ada yg bisa bantu. Trimakasih
Tabe...saya sedang mencari silsilah kakekku...
BalasHapusKakekku bernama H. Sallomo beristri Hj.kholijah dari pulau Libukang,palopo konon kakekku di beri gelar Gurutta dari bone..
Mungkin ada yg bisa bantu. Trimakasih
Kakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya
BalasHapusKakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya
BalasHapusKakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya
BalasHapusKakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya
BalasHapusKakek saya 3 bersaudara 1.abdul rahim puang situju..2 abdul hamid puang tunru..3 fetta cenning...orang tua nya kakek saya gelar nya la balenggo tuanta salama..ada juga yang bilang puang guru dollah..tolong info klw ada yang lebih tau semua cerita ini..tolong sms ke saya no hp saya.081351780355..
BalasHapus