Selasa, 30 Desember 2014

RIWAYAT SINGKAT SYEKH AL-HAJ ABDUL WAHAB SYAMSUL ARIFIN PUANG TUPPU SEBAGAI TONGGAK AWAL DIMULAINYA SILSILAH THARIQAT KHALWATIYAH SAMMAN JALUR PARENGKI YANG SAMPAI SEKARANG BERLANJUT PADA GENERASINYA


Terima kasih banyak saya ucapakan kepada saudara Muhammad Riza Mappangara karena sudah mengorbitkan dimedia sosial leluhur kami sebagai salah seorang murid dari Syekh Al-Haj Abdul Razak Al-Bugis Al-Buni Syams Al-Arifin. Abdul Wahab Dg. Mattuppu (Parengki), demikian anda menyebutnya dan itu tidak salah lagi, karena menurut riwayat beliau  memang pernah belajar secara lahiria pada I Puang MatoaE Ri Leppakomai tersebut. Namun karena beliau juga pernah tinggal menetap belajar dan mengajar ilmu ma’rifat di tanah suci Mekah, sehingga oleh orang-orang Arab dikasi gelar Syamsul Arifin. Jadi kami generasinya sering menyebut dengan nama lengkap Syekh Al-Haj Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu dengan gelar anumerta I Puang Ri KobbangngE Ri Parengki. Untuk lebih mudah dalam melafalkannya dalam berdialog kami sering menyebut I Puang Ri KobbangngE, atau Puang Lompo dan kadang generasi ketiganya (cicitnya) menyebut dengan sebutan Puang Boe’.
William Shakespeare seorang pujangga asal Inggris pernah mengatakan what’s in a name (apalah arti sebuah nama), oleh kerana itu terlepas dari gelar di atas yang terpenting kita harus ketahui tentang apa dan siapa beliau serta seberapa besar kontribusinya dalam menyebarkan thariqat khalwatiyah samman di Sulawesi Selatan.  Jadi untuk menambah perbendaharaan pengetahuan jamaah tentang silsilah thariqat khalwatiyah samman di Sulawesi Selatan. Maka saya mencoba menguraikannya khusus jalur Parengki yang diawali dengan hadirnya Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu dalam pentas sejarah thariqat khalwatiyah samman  di Butta Salewangeng Kabupaten Maros dalam bingkai khusus dan Sulawesi Selatan pada skop yang lebih luas.
Parengki adalah sebuah kampung yang terletak sekitar 7 km dari pusat kota Maros ke arah timur melalui poros Bantimurung, lewat rumah makan Pakalli belok kiri masuk sekitar 5 km, atau bisa juga lewat bendungan Bontosunggu disamping perusahaan teh gelas sekitar 2 km ke dalam. Pada zaman kolonial Belanda Kampung Parengki masuk dalam wilayah distric Turikale, dan sekarang adalah sebuah dusun pada Desa Mattoanging masuk dalam wilayah Kecamatan Bantimurung. Sebahagian besar penduduknya atau lebih dari 80 % adalah merupakan keturunan langsung dari Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu, yang keturunnannya sudah sampai pada generasi ketujuh. Mereka hidup dengan bertumpu pada hasil pertanian, bercocok tanam, usaha-usaha kecil dan menengah, serta tidak sedikit bekerja pada instansi pemerintah sebagai pegawai negeri sipil.  
Penganut thariqat khalwatiyah samman (siana’ mangngaji) sampai era akhir tahun 80an masih sering kita dengarkan mendendang-dendangkan lagu dengan syair yang bertemakan kalau Leppakomai-Parengki-Patte’ne itu tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain. Masih segar diingatan penulis kalau di Kampung Parengki akan diadakan peringatan maulid Nabi Besar Muhammad SAW (Maudu’ lompo), dilaksanakan tepat tanggal 12 Rabbiul Awwal setiap tahunnya, acara biasanya dimulai kalau perwakilan jamaah dari Leppakomai dan Patte’ne sudah hadir. Diwaktu hidupnya yang sering datang mewakili jamaah Leppakomai beserta rombongannya adalah H.A. Abdullah Puang Ngatta (Pakka Salo Maru’), beliau adalah putra dari Syekh Abd. Samad Petta Rukka Bin Abd. Quddus La Mappesona Petta Nambung Bin Syekh Muhammad Fudail (Pengngulutta’ Ri Berru).  Menetap di Pakka Salo Maru’ karena kawin dengan putri Syekh Abd. Rauf Puang Lallo Bin Syekh. Muh. Amin Puang Naba Bin Syekh Abdullah Puang Ngatta. Dari Patte’ne H. Musa kadang datang menghadiri acara tersebut sekaligus melaporkan kepada Imam Parengki dan mengundang jamaah, kalau tanggal 20 Rabbiul Awwal akan diadakan juga acara yang sama di Patte’ne.
Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu adalah putra bangsawan Bone dari Pasangan La Massuadam Petta Kulle (Arung Alinge) dan Besse Madinah Petta Tanang (Arung Kawerrang). Terlahir dengan nama kecil Ambo Enre, namun tidak ada data yang saya dapatkan tentang tahun kalahirannya. Menyabung ayam adalah kebiasaan Abdul Wahab sejak remaja sampai sudah memiliki istri dan anak. Maklumlah karena merasa martabatnya tinggi, sehingga tidak ada yang bisa melarangnya maka sebahagian kecil putra bangsawan Sulawesi Selatan dikala itu memiliki kegemaran yang sangat kontradiksi dengan kehidupan beragama dan bermasyarakat. Dan itu pulalah yang dilakoni oleh seorang Abdul Wahab.
Suatu waktu Abdul Wahab dengan ayam kesayangannya berangkat ke sebuah kampung yang bernama Bonto Pa’dinging. Setelah tiba dan hari sudah menjelang malam, maka Abdul Wahab memutuskan untuk bermalam dirumah kakak kandungnya bernama Abd. Samade Lappesawa Petta Sese yang memang sudah lama menetap di kampung tersebut. Setelah lewat waktu sholat isya Abdul Wahab mendengar sayup-sayup suara zikir dan wirid dari kejauhan tapi masih sangat jelas terngiang ditelinga. Maka bergetarlah sendi-sendinya, angin cinta Ilahia berembus ke relung hatinya yang terdalam menyingkap kabut yang sekian lama menyelimutinya. cahaya Islami secara utuh sudah mulai masuk merasuk dalam kalbunya, maka penasaranlah ia, karena suara zikir dan wirid tesebut Abdul Wahab merasa pernah menerimanya di alam gaib, entah berapa tahun sebelumnya, Abdul Wahab mencoba bertanya kepada kakaknya kalau ia juga mendengar suara itu. Maka dijelaskanlah oleh Kakaknya Kalau Syekh Abdul Razak Haji Palopo akan membaiat murid-muridnya yang baru untuk menjadi pengikut sebuah ajaran yang disebut thariqat. Dengan hati yang berbunga-bunga bercampur haru, Abdul Wahab kembali bertanya thariqat apa namanya? bukanji berthariqat untuk memperoleh kakayaan, karena kalau kekayaan untuk apa hartaku sudah cukup lumayan. Dijawab oleh kakaknya  bukan! Thariqat yang dianut itu adalah jalan untuk mengenal Sang Pencipta secara utuh,. Maka serta merta Abdul Wahab berseru kalau itu, saya juga mau. Kakaknya kembali menjawab kalau engkau itu tidak cocok karena larangannya kau kerjakan (berjudi/ menyabung ayam).
Karena secara batiniah Abdul Wahab merasa pernah menerima zikir dan wirid tersebut, dengan tekadnya yang membara ia mencoba meninggalkan rumah kakaknya dan menapaki tangga rumah tempat Syekh Abdul Razak Haji Palopo akan Mappattarima Barakka’. Semula Abdul Wahab duduk agak dibawa dengan tujuan hanya untuk menganalisa dan mencermati saja dulu. Tapi karena sudah dikenal memang sebelumnya oleh Syekh Abdul Razak, maka di panggilnya untuk bergeser ke atas. Diase’ki mai puang , maka bergeserlah Abdul wahab sampai bersila kedua lututnya bersentuhan dengan kedua lutut Syekh Abdul Razak, diutarakanlah niatnya yang suci. Dan pada saat itu pula dibaiatlah dia, diambil tangannya oleh Syekh Abdul Razak dan dibacakan ayat Pattanroe (Ayat yang dipakai untuk mambaiat). Terjadilah sebuah keanehan yang sebelumnya sudah dirasakan oleh Abdul Wahab, setelah sampai pada lafal WAMURABBIYING WADALILA’, dengan serta merta ditariknya tangannya dan mengatakan pada Syekh Abdul Razak “iyatu tabacae maitta wegga’ni engkanna ri laleng aroku” sambil menunjuk dadanya, artinya yang tuan baca itu sudah lama bersemayam di dalam dadaku.
Mulailah antara Abdul Wahab dan Syekh Abdul Razak Haji Palopo bertukar cerita tentang  mimpi-mimpi sebelumnya yang dialami berdua. Kemudian Syekh Abdul Razak  Haji Palopo mencocokkan dengan pesan gurunya Syekh Muhammad Fudail Di Barru diakhir masa belajar Syekh Abdul Razak disana. Kerena sedikit terbesit rahasia dalam cerita ini, maka tidak usah saya utarakan secara panjang lebar, nanti pembaca bisa mensalah tafsirkan.
Singkat cerita orang-orang yang tadinya akan dibaiat oleh Syekh Abdul Razak Haji Palopo ditempat itu, dialihkan sendiri oleh Syekh abdul Razak Kepada Syekh Abdul Wahab pada saat itu juga. Menyimak cerita ini tidak ada yang tidak mungkin kalau Tuhan menghendaki, orang yang tadinya hina karena perbuatan-perbuatannya dimasa lalu, akhirnya bisa jadi mulia karena takdir dan kehendakNya. Bahkan menurut riwayat dari kakek-kakek kami  kalau Syekh Al-Haj Abdullah Puang Ngatta  diizin sebagai khalifah sekaligus mendirikan cabang di Patte’ne oleh Syekh Al-Haj Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu melalui perintah Syekh Al-Haj Abdul Razak sendiri. Jadi bukan dia yang mengizin langsung anaknya, tapi melalui Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu (Perengki). Jadi kesimpulannya izin Leppakomai ke Parengki dan Izin Parengki Ke Patte’ne. begitulah jalur yang sebenarnya yang tidak banyak jamaah yang mengetahuinya.
Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu menikah dengan Besse Betang Daengta Memang (Marusu’) dan dikarunai 5 putra dan 1 putri yaitu:
1.      Syekh Al-Haj Mahmud Puang Giling
2.      Syekh Al-Haj Abdul Kadir Puang Tawang
3.      Syekh Al-Haj Abdul Razak Puang Tara ( buyut penulis)
4.      Pakaruddin Puang Sara
5.       Adam Puang Kulle
6.      I Jawariyah Puang Ngunga
Setelah istri pertamanya meninggal dunia Syekh Abdul Wahab menikah lagi dengan Besse Kenari Puang Kanang (Camba) yang mendampinginya sampai akhir hayat beliau dan memberinya 2 anak yaitu:
1.        Sitti Maemunah Puang Bau
2.        Baso Mappajanci Puang Lajju
Syekh Abdul Wahab menata langsung jamaahnya, zikir dan wirid dilakukannya secara konsisten, dibantu oleh 3 anaknya yang sudah diamanahkan wewenang untuk menjadi calon pelanjut dikemudian hari. Dua adik seperguruannya La Palaguna Dg. Marowa “Karaeng Mangento” (Kareang Turikale) dan Patahuddin Dg. Parumpa yang kelak menjadi Karaeng Simbang sering datang berkunjung ke Parengki guna menanyakan bebarapa hal kepada Syekh Abdul Wahab yang berkaitan dengan thariqat yang mereka anut.
Konon  pada suatu waktu terjadi kemarau panjang di Kabupaten Maros yang mengakibatkan paceklik yang begitu hebat dirasakan oleh masyarakat, tak terkecuali masyarakat yang berada dibawah pemerintahan Karaeng Turikale. Bingung melihat rakyatnya menderita, utamanya karena kekurangan bahan pangan maka La Palaguna Dg. Marowa “Karaeng Mangento” bergegas menuju Kampung Parengki meminta kesediaan Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu untuk sudi berdo’a meminta kepada Sang Pemilik hujan, agar supaya hujan dapat turun ke bumi. Dengan sebatang tongkatnya yang dibawakan oleh cucunya yang masih kanak-kanak La Beddu (kelak bernama Syekh Abdul Rahman Puang Tuppu) Syekh Abdul Wahab memulai doa’nya dengan penuh khusyu’ dan takzim kedua tangannya sambil memegang tongkat ditengadahkan ke langit. Belum selesai beliau berdo’a, hujanpun turun begitu derasnya, sampai-sampai air begitu cepat mengalir dibawah kolom rumah, karena dikiranya akan terjadi banjir Syekh Abdul Wahab yang sudah sangat tua cepat-cepat dipapah oleh jamaah naik ke rumah.
Di usianya yang begitu senja akhirnya Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu berpulang kerahmatullah pada hari rabu jam 7 pagi tarikh 6 Muharram 1341 H, bertepatan dengan tanggal 20 September 1922 M. pada hari itu ratusan jamaah dari Leppakomai Dan Pette’ne tumpah ruah di Parengki, ditambah pembesar-pembesar dari Turikale, Simbang, Cenrana, Camba, Mallawa dan daerah-daerah lain dari segala penjuru juga datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Syekh Abdul Wahab. Dan menurut riwayat kalau nisan yang melekat pada makam Syekh Abdul Wahab itu adalah sumbangan dari La Palaguna Dg. Marowa yang pada saat itu masih menjabat sebagai Kareng Turikale. Dan sebagai generasi pelanjut yaitu 3 anaknya yang sudah dipersiapakan sejak awal yaitu Syekh Al-Haj Mahmud Puang Giling, Syekh Al-Haj Abdul Kadir Puang Tawang dan Syekh Al-Haj Abdul Razak Puang Tara.

1.      SYEKH AL-HAJ MAHMUD PUANG GILING
Syekh Al-Haj Mahmud Puang Giling dengan gelar anumerta I Puang Ri Aseggerenna, diberikan gelar seperti itu karena memiliki tempramen yang sangat keras. Dalam satu riwayat diterangkan pada masa mudanya pernah dalam waktu yang bersamaan dua orang datang ke rumahnya memanggilnya dengan segera yang satu memanggil beliau pada sebuah acara makan dan yang lain memanggilnya dalam sebuah pertarungan dengan memakai badik, karena biliau memang dikenal kebal dengan senjata tajam, maka dengan senang hati Mahmud memilih yang kedua dengan mengabaikan acara makan yang enak. Dan masih banyak lagi riwayat lain termasuk waktu Mahmud datang ke Tanah Mandar, juga menyisahkan banyak cerita heroik.
Menikah pertama kali Ke Leppakomai dan punya satu anak yang kelak bernama Syekh Hannani Puang Sikki (wafat, 1953) ini yang penulis tidak tahu pasti siapa sebenarnya ibu dari Syekh Hannani, disamping beliau sudah lama meninggal dunia, juga karena dia tidak memiliki keturunan walaupun pernah menikah di Leppakomai juga, namun ada juga sumber yang mengatakan kalau ibu Syekh Hannani Puang Sikki adalah Puang Sibo Putri dari Syekh Abdullah Puang Ngatta. Salah satu indikasi yang membenarkan hal tersebut yaitu pada saat penulis berziarah dimakam Syekh Abdul Razak di Leppakomai Akhir Desember 2012 yang lalu saya sekaligus berziarah dimakam Syekh Hannani yang juga berada dikompleks pemakaman tersebut. Kerena biasanya tidak lazim suatu kompleks pemakaman keluarga dikuburkan orang lain kalau bukan kerabat dekatnya.
Syekh Mahmud Puang Giling kemudian ke daerah Mandar tinggal disana beberapa saat dan juga menikahi putri seorang pembesar di sana, dan menurut informasi beliau punya seorang putra yang bernama Puang Mansur, pada saat penulis menyusun silsilah keturunan Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu pada tahun 2010 yang lalu, keluaraga yang ada di Mandar keturunan Syekh Mahmud belum sempat kami lacak, olehkarena itu melalui jejaring sosial ini mudah-mudahan kami dapat menemukan keluarga yang ada di sana.
Setelah lama menetap di Daerah Mandar akhirnya Syekh Mahmud Puang Giling kembali ke kampung halamannya Di Parengki Maros dan menikah lagi dan memiliki seorang putra yang bernama Syekh Muh. Tahir Puang Pata’ (I Puang Ri Simbang, wafat, 1955).
Syekh Al-Haj Mahmud Puang Giling wafat tepat pada hari asyura tanggal 10 Muharram 1352 H, bertepatan dengan jam 9 pagi hari kamis tanggal 28 April 1933 M. Jenazahnya dimakamkan didekat pusara ayahandanya.

2.        SYEKH Al-HAJ ABDUL KADIR PUANG TAWANG
Kontradiksi dengan kakaknya Syekh Mahmud yang memiliki watak yang keras,  Syekh Abdul Kadir memiliki sifat yang lembut, sholeh, penyabar dan santun dalam bertutur, ala cerita kehidupan sufi di masa lalu. Banyak riwayat yang mengisahkan tentang kesabarannya, salah satunya diceritakan kalau beliau berjalan sangat hati-hati mengangkat kakinya, takut kalau ada batu dijalanan bergeser tempat karena ulahnya, suatu waktu karena tidak disengaja, betul ada batu yang berpindah tempat kerena terhantam oleh kakinya, maka dengan penuh rasa kerendahan hati dikembalikannya batu ditempatnya semula, lalu dibelai-belainya batu tersebut sambil mengucapkan permohonan maaf kepada benda yang oleh sebahagian orang menganggapnya sebagai benda mati tersebut.
Syekh Abdul Kadir Puang Tawang dengan gelar anumerta I Puang Ri Paimangenna merupakan Imam II Kampung Parengki setelah ayahnya Syekh Abdul Wahab sebagai  Imam I. Syekh Abdul Kadir menikah pertama dengan Marhumah Puang Ti’no dan melahirkan 2 putra yaitu:
1.        Syekh Alimuddin Puang Nuntung (I Puang Ri Bontosunggu, Eks Imam Cenrana, wafat 1992).
2.        Syekh Hasan Puang Solong (I Puang Ri Samangki, wafat 1986).
Syekh Abdul Kadir menikah lagi dengan Sitti Hawang Petta Sabbe binti Abdul Quddus La Mappesona Petta Nambung bin Syekh Muhammad Fudail (Pangngulutta’ Ri Berru) dan melahirkan 4 anak yaitu:
1.        Sitti Munawarah Puang Carammeng (almh. Ri Mario)
2.        Syekh Abdul Wahid Puang Nessa (I Puang Ri Bantimurung, wafat 1987).
3.        Sitti Saddiah Puang Singara (almh. Ri Majennang).
4.        Sitti Maryama Puang Bollo (almh. Ri Parengki).
Syekh Abdul Kadir Puang Tawang wafat pada hari kamis tarikh 29 Ramadhan 1351 H, bertepatan dengan tanggal 19 Januari 1933 M. terjadi sebuah keajaiban waktu beliau hendak menghadap sang pencipta, karena begitu dia meyakini betul kalau hari itu adalah hari terakhirnya maka diumumkanlah kalau jam 4 sore ba’da azar beliau akan meninggal dunia. Lepas sholat dhuhur yang dia pimpin sendiri, digerakkanlah jamaah untuk menggali liang lahat untuknya, sebagian jamaah mempersiapkan kain kafan dan perlengkapan lain. Setelah liangnya agak dalam Syekh Abdul Kadir menghimbau kepada jamaah untuk membersihkan diri karena waktu sholat azar  segera tiba, dan tepat jam 4 setelah mengimami sholat untuk yang terakhir kalinya ruhnya yang suci lepas menghadap Sang Kholiq dan dikubur sebelum magrib. SUBHANALLAH.

3.        SYEKH AL-HAJ ABDUL RAZAK PUANG TARA
Sama halnya dengan ayah dan kedua kakaknya, tidak ada data yang saya dapat tentang tahun kelahiran beliau, yang jelas beliau lahir dengan nama La Huddin, diantara semua keluarga besar Parengki Syekh Abdul Razak adalah yang paling lama pernah menetap di Tanah Suci Mekkah, untuk belajar mendalami Al-Qur’an dan juga mengajarkannya di sana, beliau memboyong seorang istri dan beberapa anaknya, bahkan seorang anaknya lahir dan juga meninggal di sana. Di Mekah pulalah namanya berubah dari La Huddin menjadi Abdul Razak. Pada saat beliau berada di Tanah Suci Mekah, ada beberapa kitab yang diatulis sendiri berbahasa Arab dengan terjemahannya memakai aksara bugis lontara, kitab tersebut dipegang oleh salah seorang cucunya yang menetap di Parengki.
Syekh Abdul Razak Puang Tara, oleh kebanyakan orang dikenal dengan gelar I Puang Ri Mattoanging, karena menetap didaerah Mattoanging Parengki, beliau sendiri yang memberikan nama daerah tersebut.
Sejak kepulangannya dari menuntut ilmu di Tana Suci Mekah, Syekh Abdul Razak Puang Tara begitu  giat dalam menyebarkan thariqat khalwatiyah samman dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan, seperti Kabupaten Bantaeng, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Sinjai, Kabupaten Bone, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo serta Kabupaten Maros sendiri sebagai basis utamanya. Dengan perjalanannya yang jauh tersebut sehingga beliau banyak memiliki istri, tecatat 18 anak dari 5 istri yang memberinya keturunan. Menikah pertama dengan Rukiyah Puang Kanang di Parengki dan memperoleh 4 orang anak yaitu:
1.        Hj. Mu’minah Puang Nurung (almh. Jala, Parengki)
2.        Baso Puang Tanang (almh. Parengki)
3.        Candu Puang Memang (almh. Parengki)
4.        Ibrahim Puang Salle (alm. Bulukumba)
 Dengan dilandasi rasa cinta serta harapan agar thariqat yang diajarkannya cepat diterima oleh masyarakat luas, maka beliau mengadakan hubungan kekerabatan dengan Datua Ri Pammana Wajo dengan menikahi putrinya yang bernama Hj. Sengngeng Puang Te’ne  yang memberinya keturunan:
1.        Syekh Abdul Rahman Puang Tuppu (I Puang Ri Parengki, Imam III Kampung Parengki, wafat 1973).
2.        Syekh Muh. Samman Puang Ngatta (I Puang Ri Bantaeng, wafat 1999)
3.        Hj. Sitti Saenab Puang Sua (almh. Bulu’ Sipong)
4.        Hj. Nafisah Puang Siang (almh. Mattoanging)
5.        Syekh Usman Puang Rewa (I Puang Ri Tembo’ Parengki), sampai penulisan silsilah ini beliau masih hidup diusia kurang lebih 98 tahun.
6.        Maryama Puang Jeppong (almh. Parengki).
Syekh Abdul Razak Puang Tara juga menikahi putri Datu Pammana yang lainnya, adik kandung Hj. Sengngeng Puang Te’ne yang bernama Macinnong Puang Ti’no dan melahirkan 2 orang putra yaitu:
1.        Syekh Ahmad Rifai Puang Nippi (I Puang Ri Bengo, Cenrana, Wafat 1980)
2.        Syekh Umar Puang Temmu (I Puang Ri Tana Tengnga, Camba, wafat 2002, kakek dari penulis Iskandar Puang Giling).
Syekh Abdul Razak juga tercatat 2 kali menikah di Bikeru Sinjai Selatan, yaitu menikahi Sitti Saleha (almh. Bikeru) dan memperoleh seorang putri yang bernama Hj. Petta Icah, oleh yang kuasa diberinya umur cukup panjang, karena sampai penulisan silsilah ini masih hidup diusia kurang lebih 104 tahun dan menetap di Makassar. Ketika beberapa orang cicit Syekh Abdul Razak sudah ada yang mencapai umur sekitar 10 tahun (cucu-cucu dari anak pertama beliau Hj. Mu’minah Puang Nurung) dan istri-istrinya yang lain sudah meninggal dunia kecuali Puang Ti’no Syekh Abdul Razak menikah lagi untuk yang terakhir kalinya di Bikeru dengan Petta Baso dan memperoleh 5 anak yaitu:
1.        Syekh Muh. Arsyad Puang Ngeppe (I Puang Ri Jenetaesa, wafat 1983)
2.        Miraje Puang Lino (Masih hidup diusia 77 tahun)
3.        Abdul Hadi Puang Rukka (sejak tahun 1962, menghilang entah ke mana)
4.        Hj. Halijah Puang Bau (Masih hidup, 73 tahun menetap di Makassar)
5.        Sitti Aminah Puang Intang (almh, di Bengo Cenrana)
Syekh Abdul Razak Puang Tara wafat jam 8 malam sabtu tanggal 20 Sya’ban 1367 H, bertepatan dengan tanggal 26 Juni 1948 M. dan dimakamkan didekat makam ayahanda dan kedua kakaknya yang telah lebih dulu mendahuluinya. Menjelang  tanggal 20 Sya’ban Andi Baso (Arung Cenrana) sudah terlebih dahulu menyiapkan seekor kerbau besar yang dibawa dari Cenrana ke Mattoanging Parengki sebagai persiapan untuk disajikan kepada para palayak yang datang dari berbagai daerah. Jauh sebelumnya Syekh Abdul Razak sudah memberitahukan kepada beberapa orang tertentu termasuk Arung Cenrana kalau tanggal 20 Sya’ban tahun itu beliau akan mallinrung (meninggal dunia).  Pada waktu beliau meninggal tercatat kalau sudah banyak cucunya yang sudah bercucu juga atau dengan kata lain dia dapatkan generasi keempatnya, dan sampai sekarang generasinya sudah sampai pada generasi keenam.
BERIKUT SILSILAH PENERUS THARIQAT KHALWATIYAH SAMMAN JALUR PARENGKI YANG RESMI MENDAPATKAN
IZIN SEBAGAI KHALIFAH

Generasi  I (anak) Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu (w. 1922)
1.        Syekh Mahmud Puang Giling (w. 1933)
2.        Syekh Abdul Kadir Puang Tawang (w. 1933)
3.        Syekh Abdul Razak Puang Tara (w. 1948)

Generasi II (cucu) Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu
1.        Syekh Hannani Puang Sikki (w.1953, putra Syekh Mahmud)
2.        Syekh Muh.Tahir Puang Pata’ (w.1955, putra Syekh Mahmud)
3.        Syekh Alimuddin Puang Nuntung (w.1992, putra Syekh Abdul Kadir)
4.        Syekh Hasan Puang Solong (w.1986, putra Syekh Abdul Kadir)
5.        Syekh Abdul Wahid Puang Nessa (w.1987, putra Syekh Abdul Kadir)
6.        Syekh Abdul Rahman Puang Tuppu (w.1973, putra Syekh Abdul Razak)
7.        Syekh Muh. Samman Puang Ngatta (w. 1999, putra Syekh Abdul Razak)
8.        Syekh Usman Puang Rewa (masih hidup, putra Syekh Abdul Razak)
9.        Syekh Ahmad Rifai Puang Nippi (w.1980, putra Syekh Abdul Razak)
10.    Syekh Umar Puang Temmu (w.2002, putra Syekh Abdul Razak)
11.    Syekh Muh. Arsyad Puang Ngeppe (w. 1983, putra Syekh Abdul Razak)

Semua generasi kedua sudah meninggal dunia kecuali Syekh Usman Puang Rewa, tapi tidak sanggup lagi membaiat, jadi beliau serahkan kepada anak dan beberapa keponakannya digenerasi ketiga.
Generasi III (cicit) Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu,
yang sudah mendapat izin baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Maros yaitu Kec. Bantimurung, Kec. Simbang, Kec. Cenrana dan Kec. Camba
1.        H.A. Ibrahim Puang Salle (w.2009, putra Syekh Muh. Tahir)
2.        H.A. Tajuddin Puang Siga (w.1995, putra Syekh Alimuddin)
3.        A. Abdul Wahab Puang Tuppu (w.2002, putra Syekh Hasan)
4.        A. Muhammad Taif Puang Turu ( eks. Imam Desa, putra Syekh Hasan)
5.        A. Sompe Puang Nambung (w.2001, putra Syekh Abdul Wahid)
6.        A. Muril Puang Tunru (w.2006, putra Syekh Abdul Wahid)
7.        A. Baso Arti Puang Lengu (putra Syekh Abdul Wahid)
8.        H.A. Hasbullah Puang Lallo (Imam V Parengki, putra Syekh Abdul Rahman)
9.        H.A. Mustafa Puang Tompo (w.2001, putra Syekh Abdul Rahman)
10.    A. Ahmad Rifai Puang Ngatta (Imam Desa Sawaru Kecamatan Camba, putra Syekh Abdul Rahman).
11.    H.A. Yahya Puang Taba (putra Syekh Muh. Samman)
12.    H.A. Hambali puang Kulle (putra Syekh Muh. Samman)
13.    H.A. Lahuddin Puang Sese (eks. Kepala Desa Mattoanging dan Minasa Baji Kecamatan Bantimurung, putra Syekh Usman).
14.    H.A. Abd.Latif Puang Remma (Imam VI Parengki saat ini,putra Syekh Usman)
15.    H.A. Hasanuddin Puang Rakka (w.2004,cucu Syekh Abdul Razak dari putrinya)
16.    H.A. Alimuddin Puang Siga (w.2011,cucu Syekh Abdul Razak dari putrinya)
17.    H.A. Tajalling Puang Lajju (eks. Kepala Desa Baji Pamai Kecamatan Camba, putra Syekh Ahmad Rifai).
18.    H.A. Majjajareng Puang Ngawe (Imam Desa Limappoccoe Kecamatan Cenrana, putra Syekh Ahmad Rifai).
19.    A. Abdullah Puang Tappa (Imam dusun Campulili Sawaru, putra Syekh Umar)
20.    H.A. Muh. Fudael Puang Lolo (putra Syekh Muh. Arsyad)
Dewasa ini beberapa orang dari generasi IV sudah ada juga yang mendapatkan izin dari generasi III, namun saya belum menuliskannya, mengingat generasi III masih aktif kecuali yang sudah meninggal dunia, walaupun ada beberapa yang belum aktif tapi sudah passif. Sipakatau, sipakale’bbi, sipakario-rio, rifarioloi rioloe narifarimunri rimunrie, rifariase’ki riase’e narifariawa riawae, masih menjadi prinsip kami.
Kecuali generasi III, Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu, generasi I dan generasi II, sudah banyak memberikan izin sebagai khalifah diluar dari garis keturunan Parengki dibeberapa daerah, dengan harapan supaya thariqat khalwatiyah samman tetap hidup dan lestari sepanjang masa. Suatu cerita yang penulis dapatkan dari H.A. Hasbullah Puang Lallo ( usia 83 tahun, Imam Parengki dikala itu), pernah suatu waktu, jamaah dari Camba datang berziarah di Kobbang Syekh Abdul Wahab Syamsul Arifin, dan sekaligus mengunjungi Syekh Abdul Razak Puang Tara yang pada saat itu masih hidup, Puang Lallo yang kala itu masih kanak-kanak mendengar dengan jelas Syekh Abdul Razak menyampaikan kepada jamaah dengan berbahasa bugis ‘engka matu’ seddi wettu narifarelluang ladde’ iye tareka’e tapi de’na naulle messu’, kalamanna elo’ taue nawaja’ ulaweng mappakkoe loppona, sambil mengangkat cerek tempat air wudhunya. (artinya, suatu saat nanti karena orang sangat membutuhkan sehingga thariqat ini begitu  dicari, tapi tidak ada lagi khalifah yang bisa membaiat, walaupun akan dibayar dengan emas sebesar cerek yang beliau perlihatkan). SUBHANALLAH, kita masih bersyukur karena masih ada khalifah yang bisa menunjukkan jalan, tapi bagaimana dengan generasi mendatang? Semoga Allah SWT melindunginya, AMIN YA RABBAL ALAMIN.
Demikianlah riwayat singkat silsilah thariqat khalwatiyah samman jalur Parengki dari Syekh AL-Haj Abdul Wahab Syamsul Arifin Puang Tuppu yang saya tulis, mudah-mudahan ada manfaatnya, kekurangan karena keterbatasan kemampuan penulis menyadarinya, Karena foto Syekh Abdul Wahab dan 3 generasi pertamanya tidak saya dapatkan maka penulis hanya tampilkan foto-foto dari generasi II dan III.    
Ditulis Oleh Iskandar Puang Giling, Rabbiul Awwal 1436 H/ Desember 2014 M.



27 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  8. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  9. Tabe maraja, tanpa mengurangi rasa hormat saya, iyangku tabassung,,,Syeikh Abdul Wahab Puang Tuppu beserta wija-wijanna,,,Al Fatihah dihaturkan u.Ruh beliau,,,Al Fatihah,,,tabe maraja, sekedar share, tahun 2004 sy berziarah ke parengki ke rumah Syeikh Usman Puang Rewa, alhamdulillah sy dibacakan langsung oleh beliau silsilah tarekat jalur parengki sampai kepada beliau dan sy ingat persis dan akanmempertanggungjawabkan kelak di akhirat apabila yang saya ungkap tidak benar adanya. Saat itu beliau dalam pemaparannya tetap menempatkan I Puang ri Parengki setelah I Puang Ri Leppakkomai, dalam artian beliau meng-justifikasi bahwa I Puang ri Parengki menerima talqin zikir tarekat khalwatiyah samman dari I Puang Matowae ri Leppakkomai,,tabe maraja, kemudian penyematan "haji palopo" kepada I Puang MatowaE adalah hal yg keliru,,"Haji Palopo" adalah sosok tokoh agama yg hidup sejaman dengan Syeikh Abdur Razak,,ini terungkap dari kitab LA TOA, tulisan tangan Syeikh Abdur Razak, tertulis "namallinrung haji Palopo ri essona kammisi ri komponennya uleng,,,,ri hera,,," jadi dari sumber tersebut dpt dipastikan kalau haji palopo adalah sosok lain, bukan beliau,,,tabe maraja,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulilah syukkuru, maraja, karena ada sumber yang saudara dapatkan yaitu kitab La Toa, berarti rasa penasaran saya tentang Haji Palopo sudah terjawab, kalau beliau itu sosok lain, bukan sebutan yang juga disamatkan kepada Syeikh Abdul Razak, dalam buku Prof. Dr. Abu Hamid yang berjudul Syekh Yusuf seorang Ulama, Sufi dan Pejuang, pada halaman 220 juga menyebutkan kalau Syekh Abdul Razak itu juga dikenal dengan nama Haji Palopo, mungkin Prof. Abu ini salah informasi pada saat melakukan penelitian, sehingga saya rasa yang saudara Muhammad Riza dapatkan dalam kitab La Toa tadi itulah yang paling falid. Betul yang Syeikh Usman katakan bahwa I Puang MatoE Ri Leppakomai baru Ke Parengki, sebagaimana silsilah yang kami pegang semua, tapi ketika ditanya beliau kalau izin Patte'ne itu dari mana? maka serta merta beliau menjawab dari Parengki, itulah sehingga saya katakan izin Leppakomai ke Parengki dan izin Parengki ke Patte'ne. Walaupun dalam silsilah yang umum dan bahkan yang ditampilkan oleh Prof Abu Hamid dibuku yang saya kemukakan tadi tetap menempatkan Syeikh Abdullah setalah Syeikh Abdul Razak. Hal lain, dalam postinganta' yang lalu tertulis juga Abdul Gani Petta Nambung Arung Ta', sedangkan menurut data yang saya ketahui bahwa putra Syeikh Muhammad Fudail yang menjabat sebagai Arung Ta' itu adalah Abdul Quddus La Mappesona Petta Nambung (w. 1905, tidak ada data yang saya dapatkan kalau beliau itu pernah juga diizin sebagai khalifah), Syeikh Abdul Gani Tajul Arifin As-Sammaniyah itu putra Syeikh Muhammad Fudail yang lain, dimakamkan diluar Soloko Syekh Yusuf sehingga terkenal dengan gelar anumerta Pangngulutta' Ri Gowa. Syeikh Abdul Gani ini dalam silsilah kami dinomor urut 42 setelah ayahnya Syeikh Muhammad Fudail 41 dan kakeknya Syeikh Abdulahil Munir 40, Syeikh Abdul Razak Leppakomai itu 43 baru, 44 Syeikh Abdul Wahab Parengki. alhamdulilah terima kasih banyak saya ucapkan kepada saudara kerena melalui media sosial ini dapat menambah pengetahuan saya tentang thariqat Khalwatiyah Samman sul-sel.

      Hapus
  10. Tabe maraja saudaraku Puang Giling,,,tabe sebelumnya saya ralat postingan saya di atas yang tertulis "komponennya", seharusnya tertulis "Omporenna".
    Saya sangat mengapresiasi postinganta' tentang sanad tarekat khalwatiyah jalur parengki, ini menambah wawasan saya tentang sejarah tareka'na I Puang yang ke jalur Parengki. Apa yang saya posting sebelumnya mengenai I Puang MatowaE ri Leppakkomai sedapat mungkin saya susun dengan menggunakan data dengan se-akademik mungkin yakni bersumber pada fakta tertulis lewat Kitab ataupun Lontara' yang ada pada literatur kami dan beberapa siyana' mangajinna I Puang yang kebetulan meng-arsipkan tulisan mengenai sejarah tareka'na I Puang. Mohon maaf sebelumnya, kalau sumber ceritera tutur sepengetahuan saya dalam penulisan sejarah punya beberapa kelemahan dalam pembuktian kebenarannya, ini sangat berbeda kalau berdasarkan sumber tertulis dari para pelaku sejarah itu sendiri. Mungkin lewat diskusi ini kita bisa saling melengkapi dan berupaya bersikap se-obyektif mungkin meluruskan apa yang memang harus diluruskan. Dari postinganta' di atas saya mohon diberi pencerahan secara obyektif tanpa menempatkan diri kita sebagai wijanna si A atau Si B, : 1. Apakah dalam tarekat malebbi'na I Puang diajarkan menerima baiat secara lahiriah? 2. Apakah ada adab/keprotokoleran yang diajarkan dalam tarekat malebbi'na I Puang bahwa seorang Syeikh Mursyid memanggil/menyebut muridnya dengan "Puang" ?,,,skali lagi mohon saya dimaafkan dengan kedua pertanyaan tersebut,,,mohon pencerahanta' puang,,,semoga diskusi kita ini mendapat berkah dari I Puang dan moga kita bersama2 bisa menyerukan "peningkatan kualitas" siyana'mangajinna I Puang dan para pelanjutnya I Puang, sebab realitanya sekarang yang terjadi, baik di Pattene maupun Leppakkomai kebanyakan hanya mengejar "Tudangenna I Puang", bukan "Tettongenna". Kutipan sure'na atanna I Puang riyasengE Guru Lamedde, makke'dai I Puang " Aja' mupaggurui tawwe massikkiri' narekko de'mupalettu' memengi ",,,salam santun,,,

    BalasHapus
  11. assalamualaikum wr.wb .
    setelah sekian lama saya searching akhirnya saya tau tentang leluhur saya . terima kasih :)

    salam kenal saya andi arif anak dari H.A. Alimuddin Puang Siga (w.2011,cucu Syekh Abdul Razak dari putrinya).
    sekarang tinggal di jayapura , semoga ALLAH SWT meridhoi kita semua, ALLAHU AKBAR

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam,,,@andi arif yth. Tabe maraja klu boleh tau siapa nama puteri beliau yg kt maksud ye'

      Hapus
    2. maksudnya ibu dari alm. ayah saya ? Hj. Nafisah Puang Siang (almh. Mattoanging).

      tahun lalu sempat pulang ke parengki, tapi bulan lancar bahasa bugisnya :D

      Hapus
  12. Assalamu'Alaikum wr wb... subhanallah syukur Alhamdulillah berkat postingan tsb diatas di media sosial, sy yg tadinya tak banyak tau ttg leluhyr kami ahirnya bisa mengetahui beberapa hal, terimakasih atas postingan dan komentarnya, dan salam kenal
    Saya adalah salah satu cucu dari syeikh usman puang rewa , yakni hasil penikahan antara putri sulungnya dgn Andi mahmud puang giling(wijanna ipuang di barru) salam salama na to pada salama Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. amin. tahun lalu saya sempat bertemu dengan puang rewa, tapi tdk bisa bercakap-cakap krna kendala bahasa. cuma ummi lebbi yang translatekan :D

      Hapus
  13. Kalau boleh tau bisakah dijelaskan silsilah dari arung sawaru desa sawaru camba terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  14. Kalau boleh tau bisakah dijelaskan silsilah dari arung sawaru desa sawaru camba terima kasih sebelumnya

    BalasHapus
  15. Tabe...saya sedang mencari silsilah kakekku...
    Kakekku bernama H. Sallomo beristri Hj.kholijah dari pulau Libukang,palopo konon kakekku di beri gelar Gurutta dari bone..
    Mungkin ada yg bisa bantu. Trimakasih

    BalasHapus
  16. Tabe...saya sedang mencari silsilah kakekku...
    Kakekku bernama H. Sallomo beristri Hj.kholijah dari pulau Libukang,palopo konon kakekku di beri gelar Gurutta dari bone..
    Mungkin ada yg bisa bantu. Trimakasih

    BalasHapus
  17. Kakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya

    BalasHapus
  18. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  19. Kakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya

    BalasHapus
  20. Kakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya

    BalasHapus
  21. Kakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya

    BalasHapus
  22. Kakek saya abdul rahim bin abdul muthalib bin abdullah puang guru dollah. Apakah betul puang guru dollah itu syekh abdullah bin syekh abdul razak.. Tolong info nya. Ke no hp saya 081351780355 saya di kalimantan selatan terimakasih atas bantuan info nya

    BalasHapus
  23. Kakek saya 3 bersaudara 1.abdul rahim puang situju..2 abdul hamid puang tunru..3 fetta cenning...orang tua nya kakek saya gelar nya la balenggo tuanta salama..ada juga yang bilang puang guru dollah..tolong info klw ada yang lebih tau semua cerita ini..tolong sms ke saya no hp saya.081351780355..

    BalasHapus